AS Makin Kuat, Rupiah Tertekan di Rp 15.700

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupee melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah data manufaktur dan ekonomi AS menunjukkan lebih kuat dari ekspektasi pasar.

Laporan dari Refinitifrupiah dibuka melemah pada Rp15.700/US$ atau menguat tipis 0,03%. Meski terapresiasi, rupiah kembali terdepresiasi hingga Rp 15.715/US$ dalam waktu kurang dari lima menit.

Sedangkan indeks dolar Amerika Serikat (DXY) menguat 0,11% menjadi 103,35 pada pukul 8.54 WIB. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan kemarin yang berada di angka 103,23.

Tadi malam, AS merilis data Flash Manufacturing PMI yang naik di atas konsensus dan periode bulan sebelumnya yakni dari 47,9 menjadi 50,3.

Sementara itu, PMI Komposit AS bulan Januari 2024 menunjukkan kenaikan PMI dari 50.9 menjadi 52.3 dan lebih tinggi dari perkiraan yang diperkirakan turun menjadi 50.3.

PMI manufaktur yang berada di atas 50 menunjukkan bahwa kondisi manufaktur AS berada dalam fase ekspansif.

Data PMI penting karena semakin tinggi PMI, maka aktivitas manufaktur AS akan semakin tinggi, sehingga semakin sulit mengendalikan inflasi.

Dengan kata lain, suku bunga di level 5,25-5,5% saat ini berpotensi bertahan lebih lama dan berpotensi memberikan tekanan pada mata uang Garuda.

Pelaku pasar masih menunggu terutama data ketenagakerjaan yang akan dirilis oleh Kantor Tenaga Kerja AS, salah satunya adalah klaim pengangguran mingguan yang berakhir pada 20 Januari 2024.

Klaim pengangguran diperkirakan meningkat menjadi 200.000 dari 187.000 pada minggu sebelumnya. Jika data tersebut keluar sesuai perkiraan, hal ini akan berdampak positif bagi pasar keuangan karena dapat meredakan pasar listrik AS yang masih panas.

Selain itu, investor juga menunggu suku bunga dari Bank Sentral Eropa (ECB) malam ini.

Berdasarkan konsensus Jual beli Ekonomi, suku bunga bank-bank Eropa akan tetap pada level 4,5%. Ini merupakan ketiga kalinya ECB mempertahankan suku bunga tidak berubah.

RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]